Selasa, 11 April 2017

AKAR MASUKNYA PEMIKIRAN SEKULER & LIBERAL DI INDONESIA




Pemikiran liberal lahir dari paham-paham sekularisme yang menjamur seantero dunia. Dapat kita ketahui bahwa satu dekade yang silam, Islam liberal telah menyebar ke seluruh belahan dunia, tanpa dipungkiri pula Indonesia pun terjangkit pemikiran tersebut. Seharusnya Indonesia tidak dipengaruhi oleh paham sekularisme maupun liberalisme. Karena Indonesia dapat dikatakan sebagai daulah Islam, contoh yang dapat kita lihat dari ditemukannya kerajaan-kerajaan besar Islam yang memerintah serta menguasai ranah Indonesia.

TAPI MENGAPA INDONESIA TETAP KEBOBOLAN DENGAN PEMIKIRAN LIBERAL?????????????
        
Jawabannya simple, semuanya berawal dari jaman penjajahan, khususnya pada pemerintahan Hindia Belanda. Belanda masuk ke Indonesia tidak hanya karena ekonomi dan politik saja melainkan membawa pemikiran sekularisme yang sangat besar, sehingga lahirlah pemikiran-pemikiran liberal. Yang menyebabkan adanya sekularisme di Indonesia adalah birokrasi kolonial. Jadi sistem penyebaran pemahaman sekuler tersebut banyak melalui anak-anak birokrat, militer, dan pendidikan Belanda. Inilah sebabnya mengapa militer di Indonesia masih alergi terhadap pemikiran Islam dalam penerapannya. Prinsip negara sekuler pun telah termaktub dalam Undang-Undang Dasar Belanda tahun 1855 ayat 199 yang menyatakan bahwa pemerintah bersikap netral terhadap agama, artinya tidak memihak salah satu agama atau mencampuri urusan agama. (Suminto, 1986:27).
            
Politik etis yang dijalankan Belanda di Indonesia pada awal abad XX semakin menanamkan pemikiran sekuler dan liberal yang sangat kuat. Salah satu kebijakan politik tersebut ialah unifikasi, yaitu upaya pemersatu jajahan dengan penjajahnya dengan cara mengikat mereka dalam pengenalan budaya Barat kepada masyarakat Indonesia. Ide tersebut disarankan oleh Snouck Hurgronje, dengan tujuan agar Indonesia dan penjajahnya berada di satu perspektif dalam aspek sosial maupun politik meskipun mereka berbeda agama. Contoh pemikiran sekuler pada rakyat Indonesia saat penjajahan Belanda dapat ditemui dalam tulisan-tulisan R.A. Kartini dengan bukunya yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.  
            
Kemerdekaan Indonesia yang bertepatan pada tanggal 17 Agustus 1945 seharusnya merdeka dari segala aspek penjajahan, termasuk penghapusan paham sekularisme dan liberalisme. Tetapi sayang, nyatanya kemerdekaan tersebut hanya mengganti penguasa dari Negara Indonesia itu sendiri dengan masih terpengaruh dalam pemikiran sekuler dan liberal. Hal tersebut terjadi karena saat menjelang proklamasi, kelompok sekuler dengan tokohnya Soekarno, Hatta, Ahmad Soebarjo, dan M. Yamin telah memenangkan kompetisi politik melawan kelompok Islam dengan tokohnya Abdul Kahar Muzakkir, H. Agus Salim, Abdul Wahid Hasyim, dan Abikoesno Tjokrosoejoso. Jadilah Indonesia sebagai negara sekularisme dan liberalisme.
             
Karena Indonesia telah menjadi negara yang sekularisme maka lahirlah paham sekuler tersebut dalam beberapa aspek kehidupan seperti pada ekonomi, politik dan agama. Ekonomi liberalisme disebut dengan kapitalisme, yaitu ekonomi yang bercirikan pada kepemilikan pribadi, perekonomian pasar, dan motif mencari keuntungan. Politik liberalisme disebut dengan demokrasi, yaitu  pemisahan agama dari sistem pemerintahan yang berbeda pandangan dengan mengutamakan hak perindividu.  Sedangkan, agama liberalisme disebut dengan modernisme, yaitu paham pembaharuan yang mana ajaran agama harus ditundukkan pada nilai-nilai peradaban Barat.   


ANA UHIBBUKUM FILLAH


Entah aku harus memulai dari mana untuk menulis bait-bait indah ini.....
Ada rasa yang tak bisa aku definisikan sebagai sebuah rangkaian kata begitu sempurna, karena hanya hatilah yang mampu mengartikannya. Bait-bait kataku hanya sebagai gambaran kecil yang tak lain lukisaan kalbu.

Mungkin semua ini berawal dari pertemuan yang tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Bener ada candaan dengan teman-teman sebelum pertemuan itu, tapi tak pernah terbayang akan terjadi seperti ini. Pertemuan yang terlalu singkat dan mampu menciptakan hal yang indah untuk dikenang dan selalu ingin diulang. Namun, rasanya keindahan itu terlalu cepat berakhir, ada rasa yang ternoda, ada rasa yang tak berujung, ada rasa yang berubah jadi asa tak menentu. Hambar, bingung, bimbang, pilu, penuh tanda tanya. 

Kini ribuan tanda tanya menghampiri jiwa ini, apa yang harus aku lakukan??? Saat hal yang tak aku inginin itu terjadi, sakit memang rasanya, hati berontak hingga jiwa lembut itu tak mampu lagi membendung bulir-bulir air mata suci ini. Menyesalkan semuanya yang telah terjadi, menyesalkan pertemuan yanng pernah ada, hingga menumbuhkan perasaan yanng aku pun tak mengerti apa itu. Hingga seolah aku merasa takut kehilangan. Disini hatiku diuji menjadi lebih dewasa lagi, disini aku dipaksakan untuk menyikapinya lebih bijak lagi.

Ada Rindu yang selalu menjadi bayang-bayang dibenakku, rindu pada hal yang ntah memiliki rasa yang sama ataupun tidak. Karena yang aku takutkan saat dia bisa membuatku nyaman, aku hanya takut jatuh cinta sendirian. Aku takut setiap orang itu bisa buat perempuan jatuh cinta tapi akhirnya ditinggalkan juga. Banyak rasa ketakutan itu yang menghantui, namun aku mencoba untuk memeranginya dengan tameng kedewasaan. Semuanya tak akan pernah habis apabila selalu dirasakan tanpa di LAWAN!!!

Kita memang sudah tak saling mengabari lagi via chat tapi bukan berarti aku tak rindu. Aku hanya mampu mengirim bait-bait doa agar kau selalu dijaga oleh-Nya. Terkadang aku kepo pada sosmed mu, karena kepo itu peduli, peduli itu khawatir, khawatir itu takut kehilangan, takut kehilangan itu sayang. Jadi kepo itu artinya sayang. hehe...  Sekarang aku sedang berusaha untuk "biasa" aja menghadapi dia. Berusaha untuk tidak terlalu jauh melangkah, dan berusaha untuk gak terlalu berharap banyak lagi.

Rasa yang kamu ucapkan diawal seolah mendoktrin hati dan pikiran ini untuk mengikuti rasa yang kau miliki, tanpa aku tau apakah rasa itu nyata atau hanya bualan belaka. Bodohnya diri ini terlalu percaya pada hal yang harusnya perlu diragukan. Sebegitu polosnya kah diri ini? Percaya tanpa meragu, harusnya aku meragu karena meragu tak ada ruginya. Seketika itu semua berubah, mencintaimu tidak butuh waktu lama, namun ketika terluka untuk melupakanmu tak tahu harus kapan bisa sirna.

Sampai saat ini, aku masih belum bisa menyimpulkan apakah kamu orang yang salah dipertemukan oleh Allah untuk menguji kekuatan dan kedewasaan hati ini, atau kaulah memang orang yang telah dikirim Allah untuk berjuang bersama menyelesaikan hingga merangkai perasaan ini menjadi indah. Terkadang aku berpikir "andaikan""andaikan", tetapi aku mengetahui bahwa Allah sangat membenci kata itu dalam suatu penyesalan. Maka ku coba melempar jauh-jauh kata itu dan merubah pemikiranku bahwa semua ini adalah sebuah pembelajaran yang harus diambil hikmahnya.

Saat rindu ingin sekali aku mengetahui kabarmu, namun ada rasa takut bahwa aku akan merindu dalam kesendirian, ku tunggu dirimu hadir untuk mengabari kalau kau memang merasa bahwa aku pun berharga dalam hidupmu. Lagi-lagi kata menunggu dan menunggu yang selalu kau sangsikan. Kadang ada sebuah keinginan yang tak dapat aku ucapkan dan tak dapat kau mengerti. Aku hanya ingin kau mau mejaga hatimu maka aku akan menjaga hati ini sampai waktunya tiba, sampai waktu yang tepat. Bukan hubungan yang aku mau layaknya apa yang kau "traumakan" itu, karena aku tau Allah membenci hal tersebut. Cukup jaga semua dalam doa dan silaturahmi serasa saling memperbaiki diri.

Namun kini rasa takut itulah yang sedang menguasai, takut akan kebodohan. Bodoh adalah disaat kita memikirkan seseorang yang hatinya entah buat siapa. Dan aku hanya mampu menyapa dalam lamunku "Hai yang di sana I Miss You". Kenapa rasanya aku stuck di satu tempat? Seolah aku menutup mana untuk tempat lainnya, bagaimana aku move on? Ketika cuma dia yang buat aku nyaman, ketika cuma dia yang buat aku baper, dan rasanya cuma dia yang datang dan tidak tanggung jawab. Yang terpenting bagiku sekarang, aku jalanin semua yang terbaik, aku sibuk dan kamu sibuk, aku coba memahami itu. semoga sibuk ini membawa kebaikan antara kita.

Tulisan ini hanya sebagai pelampisan isi hati dan pikiran. Karena memendam di hati itu sakit dan melelahkan, ingin berbicara ada rasa tak kuasa. Karena status kita hanyalah teman belaka. Kadang inilah hal yang tak dapat aku mengerti sendiri, rasa yang membingungkan. yang terpenting aku hanya ingin menunjukan bahwa yang setia, belum tentu mau menunggu. Tetapi yang mau menunggu, sudah pasti setia. Aku belajar setia karena tak ingin menyakiti perasaan orang lain, aku yakin ketika kita setia maka di sana ada yang setia pula menunggu. Jangan menyesal pernah menunggu seseorang meski kamu tidak mendapatkannya dia setidaknya kamu pernah belajar caranya berjuang.


Senin, 10 April 2017

" INILAH TIPS CINTA JARAK JAUH "
.
Cinta jarak jauh adalah ketika dua orang yang saling
mencintai, namun mereka
terpisahkan oleh jarak yang jauh di sana, Terhalang oleh
perbatasan Waktu.

Namun inilah tips Cinta jarak jauh:

1. Jika engkau merindukannya, maka Rindukanlah dia dalam
Munajatmu agar ia sama ,
merindukanmu dalam
Munajatnya.
.
2. Jika engkau Teringat akan Kasih sayangnya, maka Do'akanlah agar ia selalu dalam keadaan yang baik,dan selalu dalam lindungan-Nya.

3. Jika engkau Takut
kehilangannya, Maka angkatlah tanganmu dan pejamkan matamu Dan katakanlah: "Yaa Allah aku sangat menyayanginya,
aku sangat merindukannya, dan aku takut kehilangannya, Maka jagalah ia untukku, Ya Allah sungguh Kutitipkan ia kepada-Mu, dan Sayangilah ia dengan Kasih sayang-Mu agar selalu dalam lindungan-Mu,Aamiin."

4. Yakinlah, Cinta jarak jauh ini tidak akan selamanya..
Percayalah bahwa suatu saat nanti Cinta ini akan bersatu dalam ikatan yang Suci,  Insya Allah, Aamiin ya Allah.

Untukmu Yang nun jauh disana, Tak ingin kujanjikan
kebahagiaan, Karena aku takut kau kecewa.

Aku hanya ingin kau merasakan Kebahagiaan bersamaku itu nyata, Aku tahu dalam setiap
lamunanku.

Kita berpisah oleh jarak ruang dan waktu, Merambat dalam setiap pikiran,    Memecahkan semua
kegundahan di jiwa.

Hanya sebuah kepastian dan kepercayaan, Hanya sebuah kerinduan dan keinginan,  Kesetiaan yang selalu aku
tancapkan Kini menjadi sebuah keyakinan.

Kita terhalang oleh jarak dan waktu, Tapi kita kan selalu menunggu sampai menyatu,
Aku dan kamu dalam jarak yang tak menentu, Tapi cinta ini akan selalu untukmu,  Walau saat ini jarak
memisahkan kita.

Aku tetap berharap kamu akan selalu setia,  Cinta ini, rasa ini dan rindu ini akan selalu kujaga,  Demi cinta kita berdua, Hingga hari bahagia itu kan tiba.

Yaitu saat kita menyatu dalam ikatan suci yang ALLAH ridhoi, untuk bisa membentuk keluarga yang sakinah, mawadah warahmah, Insya Allah.

Aamiin Yaa Rabbala'alamiin.

CINTA NANTIKANLAH AKU DIBATAS WAKTU,



Sabtu, 08 April 2017

MASUKNYA VIRUS LIBERALISASI DI PONDOK PESANTREN









MASUKNYA VIRUS LIBERALISASI DI PONDOK PESANTREN
Merebaknya pemikiran sekularisme, liberalisme, dan pluralisme dalam kalangan masyarakat bukanlah hal yang biasa lagi di perdengarkan maupun dirasakan. Pemikiran ini tumbuh subur tanpa adanya penghalang sedikit pun dari awal lahirnya pemikiran-pemikiran tersebut. Malahan buah hasil dari pemikiran tersebut banyak mengakibatkan perbuatan-perbuatan yang sangat menyimpang dari ajaran Islam. Contohnya, penghinaan agama, perzinahan, aborsi, dan hal-hal lainnya yang merusak nama serta ajaran agama, khususnya agama Islam.
            Apalagi sekarang pemikiran tersebut malah menyusup ke dunia pendidikan, ironisnya tidak hanya dunia pendidikan formal saja yang kebobolan, melainkan mulai merambat ke dalam pendidikan yang bercirikan Islam, yaitu Pondok Pesantren. Pesantren sekarang, sebagian sudah mulai terjangkit virus negative liberalisme, setapak demi setapak. Dari virus liberalism inilah timbul pemikiran-pemikiran yang tidak sehat, sehingga menyebabkan ajaran Islam pesantren yang dulunya kental dengan ajaran agamanya yang kuat, kini sudah mulai merosot dan tercampuri.
            Masih ada masyarakat yang menilai pondok pesantren itu terkesan sangat tradisional, klasik, kuno dan bebas dari segala pengaruh globalisasi dan modernisasi yang merusak pemikiran serta tradisi generasi pendahulunya. Namun pada nyatanya, dengan bergantinya zaman, sesuatu yang dahulunya terlihat tidaklah mungkin, boleh saja sekarang mungkin terjadi. Kalau dahulu kala, pesantren tidaklah mungkin akan terkangkit virus negative liberalisme, boleh jadi sekarang telah menyusup ke dalam pondok pesantren.
 Banyak fakta-fakta yang terlihat saat ini yang mana berupa upaya pengenalan liberalisme dalam dunia Pondok Pesantren. Salah satu faktanya adalah pada tanggal 18-28 September, Institude for Training and Development (ITD), sebuah lembaga Amerika, telah mengundang 13 pesantren pilihan di Indonesia (dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi) untuk berkunjung ke Amerika Serikat. Agenda ini terkait dengan mensosialisasikan liberalisme dalam Islam melalui Pondok Pesantren. Kegiatan ini malah semakin tumbuh berkembang dengan dukungan George Bush (presiden Amerika) dalam pernyataannya yang dimuat dalam Kompas (06/11/2004), “Jika kita mau melindungi negara kita dalam jangka panjang, hal terbaik yang dilakukan adalah menyebarkan kebebasan dan demokrasi”. Kebanyakan bangsa barat berpikiran bahwa ajaran Islam itu membawa ancaman besar bagi dunia karena dapat melahirkan terorisme, fanatisme agama, dan mengeksploitasi budaya, sosial, hukum serta politik suatu bangsa. Itulah cara pandang mereka dengan sebelah mata terhadap agama Islam.
Sebagaimana diketahui, bahwa Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang serba fungsional, telah menjadi kepercayaan masyarakat, pesantren sebagai wadah untuk mengasah dan menggali berbagai disiplin ilmu pengetahuan keagamaan semata. Namun dengan berkembangnya zaman yang sangat pesat, pondok pesantren pun ikut menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan memasukkan ilmu teknologi, komputer, dan lain sebagainya yang mulai berkembang saat ini. Untuk mempertahankan eksistensinya dalam dunia pendidikan, sebagian pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan semata, namu juga memperkenalkan dan memakai sistem pendidikan nasional.
Melihat perkembangan zaman yang sangat pesat, tidak sedikit dari pemangku pesantren melakukan penyesuaian diri, dengan melakukan perubahan sistem pendidikan hingga kebiasaan yang telah dibudayakan di dalamnya. Dahulu, setiap santri mengaji dan mengkaji ilmu-ilmu agama dengan menggunakan kitab kuning (atau kitab gundul), bersarung, berpeci. Namun sekarang, di sebagian pesantren mulai menggunakan kitab berwarna putih, bercelana, serta memperkenalkan ilmu pengetahuan modern ke setiap pemikiran generasi bangsa.
Dari pengetahuan modern itulah, akan melahirkan pemikiran liberalisme.  Para santri mulai mempelajari dengan mendalami ilmu yang berbau liberalisme. Akibatnya, pemikiran keislaman santri cenderung lebih berani liberal (bebas) dibandingkan dengan yang bukan jebolan pesantren. Santri yang mulai menyukai pemikiran yang liberal lebih kritis dalam menyikapi permasalahan agama dibandingkan orang lain yang hanya belajar agama seadanya saja. Bahkan, karena terlalu kritisnya tak jarang mereka sampai berpikiran suatu hal yang tidak logis.
Hal ini terjadi, karena sebagian pesantren mulai membuka diri untuk menerima pemikiran liberalisasi masuk begitu saja. Meski terkadang mereka pun tak menyadari bahwa apa yang mereka pelajari serta lakukan itu merupakan bagian dari liberalisasi dalam Islam. Bahkan dapat kita ketahui ada beberapa petinggi kelompok Islam liberal yang berasal dari pesantren, seperti KH. Abdurrahman Wahid (Alm), Ulil Absar Abdalla dan lain-lain.
Dari penjabaran di atas dapat kita simpulkan bahwa masuknya liberalisme dalam dunia pondok pesantren itu dapat menimbulkan sisi positif dan negatif. Sisi  positifnya, dengan perkembangan zaman yang sangat pesat dan teknologi baru yang berkembang dewasa ini bisa disesuaikan dengan menerima masuknya pemikiran liberalisasi itu dalam dunia pondok pesantren, agar pesantren pun tidak terlihat kolot atau ketinggalan zaman. Sedangkan nilai negatifnya, bahwa liberalisme itu sangat tidak sesuai dengan ketentuan dan ajaran agama Islam yang menjadi ciri khas pesantren.
Jadi kita sebagai para intelektual muda harus bisa menyeimbangi kedua pandangan tersebut, yaitu dengan tidak mengenyampingkan ajaran-ajaran Islam yang telah kita budayakan dalam suatu pondok pesantren  dan memanfaatkan sisi terbaik dari liberalisasi dan modernisasi untuk berdakwah.
                       
           
  

Cari Blog Ini